WELCOME to pusatceritadewasaku.blogspot.com

Blog ini merupakan kumpulan Cerita Dewasa dimana dunia maya menyebutnya cerita dewasa, cerita seru, cerita lucah, cerita sex atau cerita porno. Blog ini akan terus kami update. Masukan dari pembaca kami ucapkan terima kasih

Friday, June 10, 2011

Pintu Kedua - 2

Dari bagian 1

Mukaku kudekatkan dan bibirku menyetuh bulu halus bagian atas vagina, mengecup dan menjilati lembut.
"Ouuhh.. hhmmf..", rintihnya tertahan.
Bergeser perlahan ke bibir vagina, terasa wangi khas tercium lembut merangsang jaringan otak untuk memicu gelora birahi baru, tanpa terasa penis kembali menegang menekan terjepit diatara kasur dan perut bawah. Aku terbangun mebenarkan posisi penis, merebahkan tubuhku diantara selangkang kaki Tante Mila dan menundukkan kepala sejajar berhadapan dengan kemaluan Tante Mila, tanganku yang satu mengapit dari bawah pangkal pahanya yang terangkat melingkar punggungku dan tanganku yang lain meraba pinggul, sesekali mengelus perutnya.

Bibirku mengulum dengan lidah menari menjilati kelentit yang semakin basah oleh air liur yang mengalir tak tertahan. Kuturunkan jilatan lidah ke bibir vagina, menyingkap bibir dengan jari-jari yang kutarik dari tempatnya dan memasukan mulut ke dalam vagina, disertai gigitan kecil di sekelilingnya lidah menjilat turun naik dengan jemari yang membantu memegang bibir vagina. Aku mengangkat sedikit kepala dan jemari kubiarkan nakal menari memelintir kelentit, memijat lembut kelentit dengan dua jari dan memutar-memutar cepat.
"Aduuh.. enaakhh..", Tante Mila menggelinjang keras.
"Dri.. yang kerass.. Driih.."
"Jangan dilepass.. sshh.."
"Terusshh.. shh..", erang Tante Mila memohon dengan sangat.

Pinggulnya bergerak naik turun mengikuti irama. Aku semakin bersemangat, gerakan tubuh dan rintihannya memicu gairahku, kehangatan tubuh membawa suasana sungguh mendukung hati yang bergelora. Tangan kugeser sedikit lebih rendah, jari tengah mencari dan menemukan lubang yang menganga basah menyambut, masuk perlahan dan menarik kembali cepat berulang, jari itu kemudian meraba-raba dinding dalam atas vagina, tidak terlalu dalam kira-kira di tengah-atas, jariku menekan pelan dan memutar berulang G-spotnya, sementara kelentit yang mengacung kugigit-gigit kecil, kuisap lembut dengan lidah menari-nari di permukaannya.

"Aduuh.. enaakh.. eehhmmf.. ssh", Tante Mila mengerang, merintih.
Tangannya memegang keras kepalaku dan menjambak rambut sampai kusut berantakan, Pahanya melingkar mencengkeram leher sangat kuat, dan sesekali pantatnya dinaikkan tak terkendali.
"Hhmm.. eehhmmf.. oouuhh.." dia kembali merintih.
Sesaat cengkeramannya menguat, pantatnya dinaikan menekan mukaku. Jantungnya berdegup kencang memompa darah mengalir deras ke syaraf-syaraf otak, ke sekililing pinggul yang menghangat memicu puncak orgasme dan menggetar jaringan syaraf bagian dalam vagina, otot-otot vagina menegang sesaat, berkedut, disertai pekikan lirih merintih panjang.. dan terkulai lemas penuh kepuasan.

Kubaringkan tubuh disisinya, sedikit menindih dibagian bawahnya, Kepala agak terangkat ditopang tangan, menyamping sejajar, dan mataku menatap dalam-dalam wajah ayu menawan. Matanya tertutup lemah, nafas kami beradu hangat. Kubelai rambut hitam yang terurai jatuh menutupi mata, kusingkap perlahan dalam untaian rambut helai demi helai. Kaki kulingkarkan ke pahanya bergeser membelai lemah ujung paha. semua perasaan menumpuk menjadi satu, sungguh indah dan tentram, ingin sekali aku memilikinya.

Tubuh mungil itu bergeser agak menjauh, menyediakan sedikit ruang agar leluasa bergerak, tanpa menepis rangkulan pahaku yang terus membelai perlahan. Memiringkan bandannya sejajar berhadapan dengan posisi miring badanku, dan rangkulan kakiku bergeser kesisi luar pahanya. Penis yang tetap tegak dari tadi mengacung menyamping menyentuh lembut bulu halus vagina. Aku melirik kebawah sejenak dan kemudian melihat kearahnya dengan senyum dan pandangan mata penuh arti. Ia tersenyum menawan dan melumat bibirku dengan mata tertutup penuh gairah, Tangannya dinaikan kepinggangku dielus-eluskan lembut, matanya membuka malas menatap mataku tak berkedip. Bibirnya dilepas perlahan dan dikecup bibirku perlahan sekali, nafas hangat berhembus dalam deru nafsu birahi yang memburu menerpa hidung. Lidahnya mencari dan meraih lidahku, tipis, berputar pelan dan berpagutan beberapa saat.

Tante Mila menggeser belaian tangannya dan menggapai penis yang semakin mengeras karena gesekan lembut bulu vagina, menggenggam dan mengocok perlahan, membelai dan mengelus biji pelir, kemudian melepas ciuman dan menggeser badan kebawah disetai kecupan-kecupan kecil disekujur tubuh yang dilalui. Kepalanya di tundukan, lidahnya dijulurkan menggelitik bulu di sekitar penis, mengecup dan menelan biji pelir, menjilat dan menggigit kecil permukaan kulitnya. Darahku mengalir naik sampai ke ubun, nafas memacu berkejaran, mata seakan memejam disertai erangan pelan hampir tak terdengar.
"Eehhk..", sungguh nikmat luarbiasa.

Jilatannya bergerak naik sampai kebatang penis, menggigit-gigit dan mengecup leher penis. Tangannya memegang menahan pangkal penis, lidahnya berbutar bergetar disekitar leher penis dan menjilat kepala penis berputar-putar. Tangan yang satu meraih biji pelir, meremas dan memainkannya sementara mulutnya sudah mengulum kepala penis dengan lidah menari-nari mengurut di dalamnya, mengisap, menggesek naik-turun dan menelan sampai ke tenggorokan.
"Aakhhk..", dahiku mengerut menahan nikmat, butiran keringat mengalir membasahi pipi dan tangan menegang gemetar berusaha merangkul kepalanya yang bergerak naik turun.

Tante Mila menghentikan aksinya sejenak, menengadahkan kepala melirikku dengan mimik muka yang lucu, menopangkan kedua tangan di sisi kasur dan bergerak naik menyeret badan tanpa berusaha mengangkat badannya yang menindih tubuhku. Kepala penis terasa geli bergesekan dengan tubuh mungil yang bergerak naik. Tangannya mulai merangkul leher dan kembali melumat bibirku yang mulai mengering dengan penuh gairah. Kaki kumasukan menyela sisi dalam selangkangannya mengangkat sedikit badan serta tangan merangkul punggung, dengan semangat kubalikan seluruh badan kami sehingga posisi berbalik dan badanku menindih tubuh mungilnya. kakinya dibuka melebar dengan lutut dinaikkan, vagina diangkat menengadah menyambut penis yang menindih.

Dengan bertumpu lutut kuangkat pantat dan tangannya meraih penis membantu menuntun menuju bibir vagina yang merekah basah. Mengesekan perlahan ke bibir vagina melicinkan kepala penis yang membengkak, menempelkannya pada lubang vagina, membenamkan perlahan dibantu pantatku yang menekan ke dalam, sediki demi sedikit dan amblas terbenam semua, menekan pantat dan mengesek permukaan kemaluan sehingga bulu kami beradu menggelitik nikmat.

Wajah Tante Mila merona, bibirnya digigit melipat disertai erangan tertahan menahan gelora kenikmatan yang menyerang sekitar kemaluannya, sementara pantatku terus bergerak menekan bagian atas vagina membuat penis bergeser menyentuh bagian bawah kelentit yang memerah. Pantat kuangkat perlahan seiring penis tertarik menggelitik dinding vagina yang basah oleh cairan dinding vagina, menekan dan menarik kembali, bergerak naik turun semakin cepat. Pantat Tante Mila membalas gerakanku, menggeser kekiri kekanan dan memutar. Syaraf-syaraf di sekeliling kepala penis merespon cepat, memacu darah dan membangkitkan kehangatan disekitar Selangkang, sungguh nikmat. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh, tangan Tante Mila kuraih, kubuka terlentang, telapak tangannya bersetuhan dengan telapak tanganku, jari jamari mengapit satu sama lain, saling meremas dan membelai lembut.

Hentakan pantat menekan perlahan dan menarik dengan cepat menimbulkan sensasi kenikmatan tersendiri membuat Tante Mila merintih lirih dengan nafas yang ditahan.
"Oouuhh.. Andriih.. hhmmff".
Kedua kakinya melebar dan pantatnya diangkat sehingga bibir vagina menengadah menganga lebar membuat penisku leluasa bergerak keluar-masuk. Gairahku semakin menggebu, gesekan tubuh menjadi-jadi, badan kutekuk dan kepala merendah menggapai payudara dengan puting merah menantang, kutelan, menjilat liar, mengisap dan menggigit gemas.
"Hmmff.. hmmf.. hngkhh!".
Erangannya tertahan, terdengar mendesis memacu gelora birahi yang memuncak. Kenikmatan merambah kesekujur tubuhnya memberikan reaksi yang menjadi, memacu tubuh bergerak liar dan tangannya secara otomatis meraih pantaku, meremas, menekan keras menambah tekanan penis masuk kedalam vagina yang haus akan kenikmatan yang sudah lama ia dambakan.

Gelora api asmara dua jiwa berpadu menyatu dalam rangkulan kenikmatan, hentakan liar dan desahan nafas yang memburu bersahutan.
"Aahh.. aahh..".
"Oohh.. sshh".
Kami saling memandang dalam api asmara, bibirnya semakin membasah, aku tak tahan melihat bibir yang indah menggairahkan itu, kulumat dan lidah menjelajah liar keseluruh ruang mulut, lidahnya menyambut memagut memelintir diselingi lenguhan dari tenggorokan yang tertahan.
"Ngngghh.. ngngghh..".

Kenikmatan birahi semakin membara membuat basah sekujur tubuh, aliran darah memacu kencang menelusuri jaringan tubuh sampai keujungnya, Tante Mila melepas ciuman, berdesah keras, mengerang, tangannya dirangkulkan kepunggungku dengan jari-jari tertancap dalam, kakinya terangkat dan menjepit pinggulku keras, desahannya menjadi.. Aku mempercepat gerakan, meningkatkan hentakan penis menggenjot vagina berulang-ulang dan badan mengangkat tertopang siku tangan yang tertindih punggungnya. Raut wajahku menegang disetai deru nafas memburu.
"Ngngghh.. aahh.. auuhh..", sekujur tubuh Tante Mila menggelinjang hebat kemudian menegang, menjepit keras, dan vaginanya berkedut-kedut disertai erangan lirih menahan kenikmatan puncak orgasme yang luar biasa indahnya.
Jantungku terhenti sesaat, kedutan vaginanya mengurut penis yang berpacu cepat menambah nikmat berlipat ganda, meledakkan mani yang tertampung membengkak di biji pelir, mengalir cepat kebatang penis dan dimuntahkan diujung kepala penis berulang-ulang, menyemprot memenuhi vagina Tante Mila yang kakinya masih menjepit keras selang beberapa saat..

Kami terkulai puas dalam pelukan kebahagiaan. Matanya terpejam, hembusan nafasnya lemah mereda dengan kepala menindih bahuku sebagai alasnya. tangannya merangkul pinggang dengan kaki menyelip di dalam lingkaran kakiku, menyatu. Tanganku membelai rambutnya dan mengelus lembut pipi sesekali. Mataku memperhatikan seluruh sudut wajahnya yang cantik rupawan bersimbah peluh. Mengecup bibirnya perlahan dan memeluknya erat seakan tak ingin ku lepas lagi..

E N D

No comments:

Post a Comment