Dari bagian 3
Akupun berlutut dilantai, kuraih paha Lennie dan kutarik sehingga kedua kakinya kini menggantung kelantai. Kuraih bantal dan kususupkan dibawah pinggul Lennie. Sekarang vaginanya jadi menondol dan terpampang semakin jelas di depan wajahku. Dengan kedua ibu jariku kubilak bibir vaginanya sehingga liang vagina Lennie tampak jelas sekali, seluruh permukaan lembahnya berwarna merah muda tapi dan lubangnya tampak masih sempit sekali, cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Hidungkupun segera mencium aroma segar yang khas. Jantungkupun berdetak semakin keras melihat pemandangan indah itu.
"Wow Lennie, indah sekali bentuk vaginamu ini.. Jauh lebih indah dari yang pernah kubayangkan.. "
Bibirkupun segera menciumi seluruh lembah vagina Lennie, dari bawah ke atas, dan ternyata cukup sedap baunya. Lidahku kujulurkan dan kutekan ke dalam liang kecil itu, sambil hidungku aku tekan-tekankan ke clitoris Lennie berupa tonjolan kecil diujung bagian atas lembah tersebut. Aku benar-benar sangat bergairah menciumi bagian paling rahasia Lennie yang selama ini selalu disembunyikan rapat-rapat.
Lennie seperti tersengat listrik ketika bibirku menciumi vaginanya.. Seluruh tubuhnya bergetar sambil pinggulnya terjungkit-jungkit.
Sambil menyandarkan tubuhku, lidahku kujulurkan, kemudian menyapu daerah tersebut naik-turun sepanjang jalur celah vaginanya, sehingga aku bisa mencicipi kelezatan cairan kewanitaannya yang ternyata cukup nikmat dan akupun juga menyukai aromanya pula. Demikian pula sentuhan lidahku dengan celah vaginanya menimbulkan sensasi yang sulit digambarkan. Sepertinya aku juga dapat merasakan sensasi-sensasi yang dirasakan Lennie. Dan yang pasti sejak itu dan seterusnya aku sangat senang untuk melakukan perbuatan seperti ini lagi.
Kemudian kususupkan tanganku ke bawah pinggulnya dan mengangkatnya lebih tinggi, sehingga aku lebih mudah menjilat dan menjelajahi seluruh lorong-lorong celah vagina Lennie. Dan Lennie pun ikut membantu dengan membuka pahanya lebih lebar sehingga mempermudah usahaku.
Kali ini ganti clitorisnya kukerjain. Tonjolan daging kecil yang mencuat di bagian atas celah vagina Lennie itu sepertinya semakin membengkak dan mengeras. Pinggul Lennie bergetar dan merintih ketika clitorisnya kuhisap-hisap,
"Ooohh Rickie, oohh enak sekali, aduuhh, Wah, nikmat sekali. "
Aku tahu, bila ini dilanjutkan Lennie akan mencapai climax lagi. Aku tidak menginginkannya seperti itu, aku ingin membangkitkan gairahnya pelahan-lahan sampai kemudian mencapai climaknya dalam waktu yang cukup lama sehingga Lennie akan berkesempatan menikmati proses kenikmatan yang lebih lama lagi dan juga akan memberikan tambahan kenangan manis buatnya, ketika kelak dia mengingat kembali saat-saat kencannya yang pertama.
Kemudian kulepas clitorisnya, kuturunkan bibirku, kali ini liang vaginanya kujadikan sasaran. Kutekan-tekan lubang kecil itu dengan ujung lidahku. Kujulurkan lidahku lebih panjang dan kumasukkan ujung lidahku ke lubang kecil itu. Kuusahakan agar ujung lidahku masuk sejauh mungkin yang bisa dijangkau. Kutarik dan kumasukkan lagi berulang-ulang. Kurasakan cairan vagina Lennie keluar semakin banyak dari lubang itu. Sementara pinggul Lennie ikut bergerak-gerak naik-turun mengikuti gerakanku. Lennie merasakan sensasi kenikmatan yang lain lagi, tapi ternyata tidak kalah nikmat dari yang tadi sewaktu clitorisnya kukerjai.
"Yes, yes, yes, oohh terus, teruuss, oohh, " erang Lennie dengan suara semakin keras. Untunglah rumah kami tidak mempunyai tetangga sehingga aku tak perlu khawatir suara Lennie terdengar orang lain.
Gerakan pinggul Lennie semakin cepat seiring dengan rintihannya yang semakin nyaring, sehingga aku tahu bahwa Lennie sudah semakin dekat mencapai puncak orgasme yang lebih besar dari sebelumnya.
Aku segera mengubah sasaranku lagi, kini clitorisnya kuhisap-hisap kembali dan ujung jariku kumasukkan liang vaginanya menggantikan posisi lidahku. Lennie melengkuh dengan suara berat ketika ujung jariku tenggelam keliang vaginanya lebih dalam dari apa yang bisa dicapai lidahku tadi, apalagi setelah ujung jariku kugerakkan keluar-masuk, pinggul Lennie pun segera terangkat sampai melewati wajahku dan.. erangan keras segera keluar dari mulutnya,
"Ooohh!!, oohh, aku keluarr, oohh aku keluarr!!"
Aku bisa melihat ketika cairan kewanitaannya meleleh keluar dari liang vaginanya. Lennie pun merintih dan menangis dengan perasaan nikmat luar biasa. Akupun kembali menciumi seluruh permukaan vaginanya sampai pelahan-lahan gerakan Lennie semakin melemah, dan Lennie segera menarik wajahku ke atas agar menghentikan gerakannku.
"Ohh, Tuhan. Stop sudah, sudah, " desahnya."Aku bisa mati kalau kau teruskan lagi."
Aku tersenyum puas melihat Lennie bisa mencapai orgasmenya yang dasyat itu. Nafas Lennie masih terengah-engah seperti habis maraton. Sepasang bukit dadanya yang indah itu ikut turun naik mengikuti irama nafasnya. Sepasang bukit indah itu sekarang berwarna kemerahan dan mengkilat basah oleh keringatnya yang membasahi sekujur tubuhnya. Beberapa menit kemudian Lennie membuka matanya dan tersenyum manis sekali ke arahku.
"Aduh, Rickie, aku tidak mampu lagi menggambarkan kenikmatan yang aku peroleh ini. Ini benar-benar jauh lebih dasyat dari apa yang diceritakan Lauren, bahkan jauh lebih nikmat dari apapun yang pernah aku banyangkan."
Kemudian Lennie mencium pipiku dengan sangat mesra sekali sambil berbisik, "Terimakasih, terimakasih untuk kencan pertamaku yang demikian indah ini."
Kami kembali berpelukan dengan sangat mesra sekali. Dan kali ini kemaluanku yang sudah tegang sejak tadi menonjol keluar menekan celana jeansku dan menekan keras perut Lennie sehingga gadis itu segera menyadari apa yang terjadi padaku.
Lennie segera melepaskan pelukanku dan melihat ke arah pangkal pahaku, "Aduh, lihat keadaanmu ini."
Lennie segera merebahkan kepalanya kedadaku sambil mengusap tonjolan kemaluanku, "Maaf Rickie, aku terlalu bernafsu memikirkan diriku, aku nggak bisa mengendalikan gejolak yang ada pada diriku, sehingga aku sepenuhnya lupa kepada milikmu ini, tentunya kamu sudah terlalu lama kubiarkan menderita dalam ketegangan seperti ini."
Lennie segera melepaskan kancing jeansku dengan lemah lembut, "Mari kubantu melepaskan celanamu. Aku sudah tidak sabar lagi ingin melihat monster raksasa ini di tempat terang."
Ketika Lennie melepas celanaku, akupun segera melepas t-shirt-ku dan melemparkannya kelantai. Sekarang aku tinggal memakai celana dalam saja, sehingga kemaluanku semakin tampak menonjol keluar. Lennie segera mengusap-usap tonjolan itu sambil berguman, "Sepertinya monstermu ini jadi lebih besar dari pada saat di bioskop tadi."
Lennie segera melepaskan kaus kaki dan sepatu, kemudian pelahan-lahan menurunkan celana dalamku. Akupun ikut membantu dengan mengangkat pinggulku, dan batang kemaluanku segera mencuat, berdiri tegak dan keras.
"Wah!" seru Lennie, "Sangat besar dan keras."
Tanpa melepaskan pandangannya ke arah batang kemaluanku, Lennie segera melepaskan celana dalamku, sehingga kini aku telanjang bulat seperti juga Lennie. Lennie segera merebahkan tubuhnya diatas pahaku dan tangan kanannya meraih batang kemaluanku, sedang tangan kirinya dibawah bolaku.
"Rick, menurutmu kemaluanku indah sekali. Tapi saya kira kemaluanmu juga luar biasa indah."
Tangan Lennie menggenggam dan membelai batang kemaluanku dengan gerakan naik-turun, sehingga dari ujung kemaluanku meleleh setetes cairan spermaku awalku yang mengeluarkan aroma yang khas. Lennie pun segera membungkukkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya menjilat cairan bening itu.
"Umm," desahnya, "Rasanya nggak jelek juga. Sepertinya aku juga menyukainya."
Lennie pun segera mempercepat kocokannya sambil bertanya, "Kamu sudah hampir sampai Rick?"
"Sepertinya nggak terlalu jauh. Melihat tubuhnya yang telanjang seperti ini, mencicipi kelezatan cairan kewanitaanmu dan kamu elus-elus begitu, menjadikan aku sangat terangsang berat, dan sepertinya nggak terlalu lama lagi."
"Boleh kuhisap sampai keluar?"
"Ya!" jawabku cepat, "Tapi kamu melakukan bukan karena aku telah melakukannya kepadamu kan?"
Lennie tersenyum manis sambil berkata, "Tentu tidak, aku melakukannya karena memang aku menyukainya. Semenjak Lauren menceritakan kepadaku bahwa dia memasukkan batang kemaluan kemulutnya, aku menunggu kesempatan untuk merasakannya juga. Akhirnya akupun berkesempatan untuk menikmatinya"
Lennie menggegam dasar batang penisku dan kemudian menundukan kepalanya dan lidahnya menjilat naik-turun sepanjang dari batang penisku itu. Tubuhku sampai gemetaran menahan rasa geli nikmat akibat sentuhan lidah dengan penisku itu. Apalagi bila ujung lidahnya menyentuh bagian lekukan dibawah topi bajaku yang merupakan daerah paling sensitif di penisku, pinggulku sampai terangkat-angkat menahan nikmat dan geli yang luar biasa.
Lennie mengangkat wajahnya, memandangku sambil berbisik, "Kamu menyukainya bukan?"
"Ooohh, yeah. Aku belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini selama hidupku."
Lennie tersenyum manis, "Aku senang kau menyukainya. Aku ingin kau merasakan kenikmatan sebaik seperti yang kau berikan kepadaku."
Sambil terus menggerakkan tangannya naik-turun, Lennie berkata,
"Kalau kau menyukainya, aku sangat senang meneruskannya, aku sangat senang membuatmu bahagia."
Kemudian kembali Lennie menundukkan wajahnya dan melanjutkan jilatannya. Mulutnya dibuka dan seluruh bagian topi bajaku dikulumnya dan dihisapnya pelan-pelan.
"Aaahh, oohh," desahku berulang-ulang. Aku benar-benar tidak mampu mengontrol gerakanku. Kenikmatan itu bagaikan aliran listrik, dengan cepat menyebar keseluruh tubuhku. Seperti terserang demam, tubuhku memgigil. Lennie melepaskan kuluman penisku, kemudian mengangkat wajahnya sambil berkata,
"Bagaimana dengan yang barusan, lebih nikmat bukan?"
"Oh, Wah, ya ya! Aku tidak pernah merasakan yang senikmat ini sebelumnya."
Dia tersenyum manis dan kembali mengulum penisku, kali ini dia masukkan penisku sepanjang 5 inchi ke dalam mulutnya. Kemudian digerakkan kepalanya naik-turun sambil tangannya juga mengocok batang penisku bagian bawak naik-turun juga. Aku benar-benar kagum akan kepiawaian Lennie dalam menangani penisku, sebagai seorang gadis yang belum pernah melihat penis sebelumnya, Lennie telah belajar dengan sangat cepat, hanya berdasarkan insting dan sedikit informasi dari teman-teman ceweknya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, aku merasakan bahwa puncak orgasmeku akan segera sampai. Rasanya aku tidak mampu lagi mengendalikan gairah sexualku, pinggulku bergerak naik turun secara reflex mengikuti alunan gelombang kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Mulutku mengerang dan mendesis tiada hentinya. Aku benar-benar hampir tidak percaya bahwa Lennie mampu membuatku seperti ini.
"Ohh.. Len, aku hampir keluar," erangku, "Jika kamu teruskan seperti itu mulutmu akan penuh dengan spermaku."
Tapi peringatanku malah membuat aksinya semakin bersemangat. Aku jadi ingat kata-katanya tadi bahwa ia ingin menghisapku sampai keluar, akhirnya aku cuman pasrah dengan tindakannya. Dan sesaat kemudian spermaku benar-benar meledak dimulutnya. Sepertinya Lennie juga sudah siap dengan semburan itu, karena kulihat Lennie langsung menelan sebagian besar spermaku, sedang sisanya meleleh keluar dari ujung bibirnya, membasahi tangannya. Sementara tangannya masih sibuk mengocok batang penisku sampai penisku tidak mampu lagi mengeluarkan sperma.
Pada saat mencapai puncak klimaksku, seluruh tubuhku terasa mengejang dan bergetar. Kupikir inilah klimaxku yang paling tinggi yang pernah kualami selama ini. Jauh lebih dasyat dan nikmat bila dibandingkan ketika aku melakukannya sendiri. Wah, ini benar-benar luar biasa. Sampai beberapa saat sepertinya aku tak sadarkan dan terkulai lemas..
Ke bagian 5
No comments:
Post a Comment