Sejak 6 bulan lalu kamar 64 telah ditutup karena di kamar itu seorang pria muda diketemukan gantung diri. Tak ada tanda-tanda terjadi jejak pembunuhan sehingga kasusnya ditutup dan dianggap sebagai kasus bunuh diri murni. Kemudian datang Diva, seorang wanita muda yang mengaku telah membuat janji menunggu seorang pria bernama Shandy di kamar 64. Anehnya sejak beberapa hari belakangan tak ada satupun pembooking kamar yang menggunakan nama Shandy.
Malamnya dengan memberanikan diri Yudi mengintai kamar 64 dengan bantuan sebuah kamera penyadap yang selama ini memang khusus dipasang di kamar 64. Tugasnya telah selesai tapi ia tidak akan pulang sebelum mengetahui keanehan yang akan terjadi di kamar 46. Tapi sayangnya hingga pukul 23.03 tak ada satupun yang ganjil. Yang nampak hanyalah nona Diva yang tidur berselubung selimut tebal dengan nafas tidurnya yang lembut.
Pukul 23.30 WIB. Mata ngantuk Yudi dikejutkan dengan suara ketukan pintu kamar 64. Yudi yang sendirian di ruang operator itu segera menajamkan semua inderanya. Nampak nona Diva terbangun dari tidurnya lalu bangkit dari ranjang dengan tergesa-gesa. Astaga! Yudi terkesiap ketika mengetahui nona Diva hanya mengenakan kaos transparan tanpa BH, dan CD-nya saja. Itupun dari bahan kain yang sangat tipis sehingga bagian-bagian yang 'diamankan' itu terlihat jelas. Segera dirapikan rambut cepaknya lalu menuju pintu kamar.
Seorang pria tegap berkulit sawo matang berdiri di depan pintu. Diva kegirangan menyambutnya. Lalu ditariknya lengan si pemuda dengan manja masuk ke dalam kamar.
'Aku menunggumu cukup lama, Shandy' kata nona Diva merajuk.
Ditarik-tariknya kimono selutut Shandy, pemuda itu tersenyum-senyum membiarkan nona Diva melepaskan penutup tubuhnya. Kimono Shandy sudah terlempar ke atas almari pakaian. Kini ia hanya mengenakan CDnya saja. Kejantanannya tersembul bagai ingin berhambur keluar.
'Aku sengaja membiarkan kau menunggu, Diva. Agar kau penasaran.' bisik Shandy mengerlingkan mata.
Sekali lagi nona Diva mencubit pinggang Shandy. Tapi kemudian matanya terpejam bibirnya sedikit direkahkan siap menerima ciuman termesra Shandy. Perlahan-lahan wajah Shandy menunduk. Bibirnya jatuh menutup bibir merekah nona Diva. Shandy mengulumnya penuh semangat sedangkan nona Diva menyambutnya penuh nafsu. Didalam kulumannya lidah Shandy menjilat-jilat lidah Diva dengan lincahnya. Memagut berulang-ulang bibir sexy nona Diva. Tangan Shandy menggerayangi isi CD nona Diva jemarinya mengelus dan meremas kedua bukit gempal nan padat itu. Sedang tangan Diva meremas-remas punggung Shandy. Sesekali nona Diva mendesah-desah nikmat ketika Shandy nmenghisap-hisap kuat lidahnya.
'Ehmm.. emm..'
Dari balik monitor penyadap Yudi nampak ngiler memandangi adegan di kamar itu. Lidah Shandy telah menyusuri leher nona Diva dan memberikan gigitan-gigitan kecil yang membawa hawa hangat menyebar ke seluruh persendian darah nona Diva. Belum selesai kenikmatan itu Shandy menyambungnya dengan mngecup kuat-kuat belakang telinga kanan nona Diva. Mata nona Diva terpejam-pejam menikmati keindahan yang tiada akhir itu.
'Shan.. sehebat inikah geloramu oh.. aku bagai tak kuat' desah nona Diva meremas-remas rambut gondrong Shandy.
Shandy menghentikan cumbuannya lalu memandang ke mata nona Diva yang sayu meminta-minta. Shandy mundur beberapa langkah memandangi tubuh semohlai nona Diva. Nona Diva tersenyum menggoda mempermainkan kaos transparannya. Ditarik-tariknya kaos transparannya itu sehingga kedua payudara sekalnya muncul memamerkan kedua putingnya yang kenyal menggemaskan.
Beberapa kali Yudi menelan ludah ketika nona Diva melepas kaos transparan itu sama sekali dari tubuhnya. Benar-benar jelas terlihat kedua adik nona Diva yang melambai-lambai untuk dibelai dan disayang. Tapi tidak bagi Shandy. Ia hanya memandanginya dengan tenang. Bahkan ketika nona Diva meliuk-liukkan tubuhnya ataupun menggoyang-goyangkan pundaknya sehingga kedua teteknya terguncang-guncang liar. Nona Diva terus berusaha merangsang kejantanan Shandy.
Melihat tak ada respon dari Shandy, nona Diva sedikit kesal. Sambil terus menggoyang-goyangkan pundaknya kedua telapak tangannya menyusup ke dalam Cdnya. Meremas-remas kemaluannya sendiri. Kali ini nampaknya Shandy bereaksi. Ia segera mendekati nona Diva. Nona Diva berlari menghindar, ke-jantanan Shandy semakin terpancing memandangi kedua tetek nona Diva bergoyang-goyang dengan bebas. Shandy segera menarik lengan nona Diva dan menghempasknnya di atas kasur yang empuk.
'Hii.. kamu terangsang ya, Shan?'
Tawa cekikikan nona Diva semakin membuat gelora Shandy meluap. Segera dipagutnya kedua payudara nona Diva sekaligus. Yudi membungkam mulutnya karena terkejut melihat keanehan yang terjadi. Lubang mulut Shandy tiba-tiba melebar sehingga mampu menelan sekaligus kedua payudara nona Diva yang masing-masing sebesar buah kelapa hingga tak nampak sama sekali. Sedangkan di dalam mulut Shandy kedua payudara nona Diva telah dimanjakan dengan jilatan-jilatan lidah yang sudah memanjang. Beberapa kali gigi-gigi Shandy yang meruncing menggigit kedua puting nona Diva dengan rakus.
'Auh.. Shandy teruss.. uh.. ehm'
Nampaknya nona Diva tak menyadari apa yang terjadi terhadap kedua benda kesayangannya itu. Matanya terpejam menikmati kekasaran Shandy terhadap tubuhnya, di lain sisi tangannya telah menyusup masuk ke dalam selangkangan Shandy. Mengelus-elus kejantanan Shandy yang besarnya tak wajar. Nona Diva seakan tak mau peduli terhadap semua kejanggalan yang terjadi pada diri Shandy atau mungkin tak menyadarinya. Dari depan monitor, Yudi terkencing-kencing menyaksikan tubuh nona Diva digauli oleh makhluk tinggi besar berwajah pucat mengerikan. Namun kadang-kadang wujud itu kembali menjadi Shandy yang semula.
Dalam keadaan memagut-magut kedua payudara nona Diva, tangan Shandy melepaskan CD nona Diva dengan kasar. Nona Diva juga mencoba melepaskan CD Shandy, tapi tiba-tiba..
"Kraak.."
Bagian depan CD itu sobek diterobos penis Shandy yang semakin memanjang. Batang penisnya diperkirakan mencapai hampir 40 senti mengacung-acung membuat nona Diva terbeliak kegirangan.
'Kau benar-benar perkasa, Shandy!'
Shandy berdiri dari tindihannya. Tubuh Shandy tiba-tiba meninggi hingga mencapai atap kamar itu. Nampaklah dengan jelas penis Shandy dalam ukuran tak wajar itu memacu gairah nona Diva. Nona Diva bangkit dari ranjang kemudian mengelus-elus penis Shandy yang letaknya tepat di mukanya. Tanpa rasa ngeri nona Diva membelai-belai penis licin itu penuh gairah. Shandy nampak mengerjap-ngerjap penuh nikmat.
Tiba-tiba penis itu merah membara bagai arang terbakar api. Nona Diva terus menciuminya tanpa merasa kepanasan, bahkan justru rasa hangat penis Shandy membuat gairah nona Diva semakin menjadi-jadi. Dan tanpa diminta oleh Shandy, nona Diva telah memasukkan penis membara itu ke dalam mulutnya. Dengan sekali hentakan seperempat dari penis panjang itu sudah mendekam di dalam mulut nona Diva.
Tapi betapa ngerinya Yudi menyaksikan penis membara itu kemudian membengkak hingga nona Diva kesulitan untuk mengulumnya. Mata nona Diva mendelik ketika Shandy menghentakkan kembali penis mengerikan itu memaksa masuk ke dalam rongga mulut nona Diva. Tapi beberapa detik kemudian bagaikan menelan permen, penis yang sudah seukuran pentungan satpam itu tenggelam di dalam rongga mulut nona Diva.
'Ehm.. nyam.. eh..'
Nona Diva keasyikan melumat benda keras dimulutnya sedangkan tangan Shandy memanjang menggapai kemaluan nona Diva. Kemudian mempermainkannya dengan buas. Kuku-kukunya yang tajam sesekali melukai permukaan selangkangan dan kewanitaan nona Diva. Tapi nona Diva tak dapat mengeluh karena mulutnya masih dijejali penis Shandy.
'Nikmatkah Diva, hem? Kau menyukainya?'
Nona Diva mengangguk sambil terus mengigit-gigit gemas penis Shandy. Tanpa sadar sejam sudah nona Diva menikmati penis membara Shandy. Sperma busuk Shandy beberapa kali ditelan nona Diva tanpa rasa jijik. Tentu saja karena bagi nona Diva tak ada yang aneh pada Shandy kecuali keperkasaannya yang menggairahkan. Baru kali ini nona Diva yang terkenal sebagai seorang hypersex merasa kewalahan. Nafasnya tersengal-sengal memburu. Sedangkan cairan kewanitaannya bagai terkuras keluar membanjiri lantai tempatnya berdiri.
'Shandy, aku capek sekali. Hoh.. kau benar-benar hebat'
Nona Diva menggelosor kecapaian. Tubuh mungilnya terlentang di atas kasur. Dadanya sesak penuh rasa puas. Tapi mata Shandy masih liar memandangi tubuh sensual nona Diva. Tubuh Shandy yang telah kembali seperti semula kecuali penisnya, menubruk tubuh nona Diva kemudian menjilati kewanitaan nona Diva dengan buas. Lidahnya merayap-rayap menyusup masuk ke dinding bukit terbelah nona Diva. Menghisap-hisap klitoris nona Diva. Menyedot semua cairan kental yang keluar dari lubang vagina nona Diva. Sedangkan kedua tanggannya kembali meremas-remas kedua payudara nona Diva. Kemudian memerasnya kuat-kuat. Nona Diva menggeliat-geliat kesakitan tapi nikmat, tangannya menarik-narik selimut tidur yang ada di sampingnya.
'Shandy.. oah.. terus say.. nikmat sekali..'
Selama hampir dua jam Shandy melambungkan angan-angan nona Diva. Kewanitaan dan payudara nona Diva bagai ingin meledak. Tiba-tiba Shandy menggeret kedua kaki nona Diva hingga menjejak di lantai. Dan dengan mudahnya Shandy memasukkan penisnya yang membara ke dalam liang kewanitaan nona Diva.
'Waa..' teriak nona Diva sekuatnya.
Penis sebesar pentungan satpam itu menancap di liang kewanitaan nona Diva. Shandy terus mendorongnya ke dalam hingga keseluruhan batang penis itu masuk ke dalamnya. Bokong Shandy bergoyang-goyang. Nona Diva bergelinjangan menahan gelombang kenikmatan yang maha dasyat dari Shandy. Ia menangis merengek-rengek menikmati sodokan-sodokan kejantanan Shandy yang bagai tanpa lelah. Yudi yang sudah tak tahan lagi merasakan mual yang amat.
'Hueek ..'
Tanpa bisa ditahan Yudi muntah-muntah di ruang operator itu. Diteguknya air mineral di depannya berkali-kali. Tapi begitu kagetnya ketika tiba-tiba wajah Shandy yang sangat pucat telah menempel di monitor lalu menyeringai memperlihatkan gigi-giginya yang runcing. Seketika itu pula Yudi jatuh pingsan di ruangan itu.
No comments:
Post a Comment