Dari bagian 4
Dharma memberanikan diri dengan penuh hati-hati, tangan kanan Dharma menggapai dagunya dan dimiringkanya muka Gina, seraya Dharma merundukkan mukanya, disentuhnya bibir sensual Gina dengan bibirnya, terasa Gina sangat mengharapkan kehadiran kehangatan bibirnya, dan dengan terus memantau reaksi Gina, Dharmapun menekan bibirnya lebih lagi dengan penuh perasaan yang bergelora. Terasa, bibir Gina bergetar, dan kemudian desahan birahi keluar dari mulut Gina.
"Heecchh aacchh Rama, nikmat.."
Dharma menjawab, "Aku Dharma sayang!"
"Aku Dharma, maukan kau kugendong kebedengan itu dibawah payung dimana kamu tadi duduk Gina"
"Ya sayang, bawalah aku pergi kemanapun kau pergi.. Rama.."
Maka diangkatnya Gina, dengan kedua tangan penuh otot mengkilat kulitnya, di bisep dan trisep nya menonjol segar; dayunkan langkahnya menapaki pasir putih itu, menuju kebedengan dimana Gina semula duduk. Dipangkunya Gina berhadapan dengannya, duduk ditilam didalam bedengan itu.
"Gina, kuharap kau mau membuka matamu, dan akan kukatakan disini, aku Dharma, yang kau kenal 7 bulan yang lalu"
"Gina, please buka matamu!"
Ginapun membuka matanya, langsung tangannya meraba muka Dharma, dibelainya seluruh mukanya lama sekali dia mikmati rabaannya, dan berkata, "Oh.., Dharma.. apa yang terjadi"
"Mengapa aku ada dipangkuanmu"
"Sebentar Gina, akan kuterangkan kepadamu"
"Gina, kulihat kau mengendari mobilmu, tidak dengan kesadaranmu, segera kususul kau ternyata kau pergi kesini"
"Kuamati tingkah lakumu sangat membahayakan, karena kau mendekati laut itu"
"Aku kuatir, air akan pasang disore hari, dan aku sayang kepadamu" "Tak ingin aku melihat kau celaka, maka kudekati dirimu"
"Ternyata betul, kau tak sadar Gina kau sedang mengigau"
"Aku ingin mengatakan kepadamu Gina, izinkanlah aku mengisi hatimu, aku benar menyayangimu seluruh jiwaku, Gina"
"Berilah aku sesempatan mencintaimu, diseluruh jiwaku, kuingin melindungimu selalu"
Gina agak terperanjat, dan hanya memandang Dharma penuh haru, seolah dia mendengar kata-kata Rama, mengiang ditelinganya, tanpa menjawab Dharma, dielus lagi muka Dharma, pipinya, hidung, sampai kebibirnya juga.
"Gina sayang, Aku Dharma, kutahu Rama telah pergi jauh dan tak akan kembali, maukah kau menyadari hal itu?"
"Izinkanlah aku menggatikan Rama dihatimu, dengan seluruh keihklasanmu Gina"
Ginapun menangis dan menempelkan kepalanya didada Dharma yang bidang dan berotot itu. Dibiarkannya sejenak isak tangis Gina didadanya, terasa seolah aluran listrik menjalar keseluruh tubuhnya dari dada Dharma, desiran darahnya kuat membangkitkan segala emosinya, kemudian digapainya dagu Gina yang juga gemerataran karena aliran listrik menjalar dari dadanya dan keseluruh tubuhnya, desiran darahnya melaju dengan kencang. Maka ditundukannya kepala Dharma, dan didaratkannya bibir hangatnya pada bibir Gina, dengan penuh lembut, dinikmatinya deru detak jantungnya, bersamaan dengan deburan darah, yang melaju bersama impiannya.
"Dharma, terima kasih kau menolongku untuk yang kedua kalinya."
"Dharma, lindungilah aku Dharma, jangan kau tinggalkan aku, ku ingin mendapatkan cinta utuhmu Dharma"
"Iya Gina, akan kucoba memenuhi permintaanmu, dan aku akan selalu disampingmu sayang"
"Aku kan sabar, mendapatkan hatimu yang seutuhnya juga, akan menjadi kehormatan bagiku bila kau usahakan untuk mendapatkan aku sebagai cinta utuhmu Gina sayangku"
Dipeluknya Gina erat-erat, dibelainya rambut Gina dengan penuh kasih sayang, diusapnya kening dan pipinya, juga bibirnya yang indah, kemudian digapainya kembali dagunya, dan diciumnya erat bibir Gina yang sangat sensual itu dengan penuh gairah cintanya. Dimasukkannya lidahnya, dimainkannya didalam rongga mulut itu, sambil menunggu sambutan yang empunya jiwa, yang achirnya tak lama kemudian lidah Ginapun bergerak lembut. Dengan sabar, Dharmapun memainkannya, dan memberikan rangsangan untuk mengajak Gina menarikan lidahnya diantara rongga mulutnya bersama-sama. Lama kelamaan berhasillah Dharma mengajak lidah Gina menyambut lidahnya, dan ditekannya lidah Dharma dengan penuh nafsu birahinya, seraya erangan lenguhan kecil keluar dari mulut mereka berdua.
Direbahkan tubuh Dharma ditilam dengan Gina mengikuti menindih Dharma, beberapa saat, Dharmapun membalikan Gina dengan menggulingkannya badan Gina diatas tilam. Segera, Dharma mencium, dirabanya lehernya, terus tangannya menjalar ke dada Gina, diselusupkan tangannya dalam blus kaosnya yang berkancing depan tanpa lengan itu, dibukanya kancing yang terbuat dari tiram itu satu persatu.
Cepat tangan kanannya berpindah kepayudara Gina yang kenyal dan padat itu, disentuhnya lembut dan dielus-elusnya diatas branya, Gina mengeliat dan sangat menikmatinya.
"Gina, maukan kau menikmati kenikmatan bersamaku"
"Benarkah kau mau menerimaku sayang.."
"Izinkanlah aku menjadi milikmu sayang"
"Berilah aku waktu untuk selalu mencintaimu Dharma"
"Iya Dharma, aku menerima kehadiranmu dalam hatiku, aku mau menikmati kenikmatan bersamamu sayang"
Sambil Gina bangkit sejenak, membantu membuka baju T-shirt yang dipakai Dharma, serta Jeans pendeknya Dharma.
"Dharma kau gagah sekali semua ototmu kelihatan"
"Kamu sangat menarik Dharma."
Dharma tersenyum puas, dan dikecupnya lagi bibir Gina, sambil tangan kanannya tak henti meraba seluruh dada dan pinggang Gina.
"Gina, bolehkan aku lepas celana pendekku ini?". Gina hanya mengangguk dalam dan berkedip matanya.
Segera dibukanya celana pendek Dharma. terpampanglah gundukan keras dibalik dcnya.
Tak menunggu perintah lagi tangan kiri Dharma meraih tangan Gina, meminta Gina meraba 'dudle'nya yang sudah menegang keras dibalut CDnya sendiri yang berwarna merah maroon, dengan tulisan 'Smile for me' di jahitan dekat lipatan celah celana dalam itu, mata Ginapun tertegun dengan tulisan kecil itu; Dharma mengetahui apa yang menjadikan Gina tertegun.
"Gina would you like to do like what its says, 'Smile for me', please."
Gina langsung tersenyum sambil membelai 'dudle' Dharma yang penuh kasih kepadanya; dengan tak sadar diciuminya badan Dharma dengan penuh birahi, sambil terus menelusupkan tangannya kedalam CD mengeluarkan 'dudle', diperosotkannya CD Dharma dengan tangannya dan dibantu dengan kakinya mendorong sampai terlepasnya dari kedua kaki Dharma.
Dharma, segera menyambut senyum Gina dengan bibir hangatnya, dikecupnya kembali bibir sensual itu sambil direbahkannya Gina kembali pada tilam itu, segera dilanjutkannya kegiatannya menimang Gina dengan penuh bara asmaranya. Dibukanya kaitan Bra warna kulit, didaratkannya bibir Dharma kegundukan hangat kenyal serta padat payudara Gina sebelah kanan, sambil tangan kanan Dharma membelai payudara disebelah kiri, di telusurinya dari pinggir dibawah ketiak menuju kepuncaknya dengan sapuan lidahnya yang kasar, Gina kembali mendesah serta mengeliat lagi.
Dijilatinya putingnya ditekannya dengan lidahnya kuat-kuat, ditariknya kembali dengan giginya perlahan-lahan dan digigitnya lembut, dengan perlakuan ini Ginapun melenguh, hingga mulutnya mengaga, kemudian meracau.
"Enak Dharma, enaakk aachh"
"Dharma, kau adalah sayangku sekarang, dan cintailah Aku"
"Akupun menyayangimu, dan mencintaimu, kau selalu sabar akan keberadaanku"
"Iya sayang, aku menintaimu, nikmati aja yang ada sayang, Dharma ingin memuaskanmu"
dipindahkannya bibirnya ke payudara kirinya, dihisapnya puting nya yang mengeras, dipermainkan serta digigitnya hingga Ginapun menjambak jambak rambut Dharma.
"Sayangi daku Dharma, and hold me tight please"
"Ya sayang Dharma menyayangimu sekali, nikmatilah sentuhan kita ini sayang"
Dharma berkata begitu sambil tangan kanan Dharma menjelajahi seluruh badan Gina, payudara kanan kesamping turun kepinggang dan keperutnya, berhenti dipusar sebentar, dimain mainkannya pusarnya degan jari telunjuknya, kemudian tangannya menelusuri bawah perut, diselusupkan tangannya dalam celana pendeknya yang hanya menggunakan elastic band untuk pengencang pinggang, dan berkatalah Dharma kepada Gina, "Gina, boleh Dharma membuka celanamu?"
"Gina, bolehkah Dharma menyayangnya?", sambil mata Dharma mengawasi raut muka Gina dengan penuh selidik dan hati-hati, dia ingin mendapatkan jawaban yang jujur dari Gina.
Gina rasa berdebar-debar dan bergetaran seluruh badannya, sambil Gina menjawabnya, "Dharma, aku telah tidak perawan lagi, aku dan kekasihku telah merenggutnya disini, ditilam ini juga"
"Namun sekarang dia telah tiada, telah pergi jauh meninggalkan aku"
"Ya sayang, aku telah mengerti semuanya, dan rasanya kau tahu aku ada di bungalow ibuku itu" ketika peristiwa itu terjadi dan kita baru saja kenal denganmu waktu itu"
"Dihari itu juga, sewaktu aku berkenalan denganmu aku sudah jatuh cinta kepadamu Gina"
"Kupikir aku tak mungkin mendampingimu, karena kau telah ada yang punya"
"Namun Gina, beri kesempatan aku untuk mencitaimu setulusnya, dan maukan kau memadu cinta denganku disini juga, di tilam ini?"
Darah keduanya mendidih, setrum ribuan watt menghantarkan mereka melambung menggapai cinta mereka, asmara dan nafsu mendorong birahi mereka melayang kealam raya. Maka diperosotkannya celana pendek yang hanya sejengkal dari pinggang Gina, segera didorongnya dengan kaki Dharma, tanganya kanan segera menyentuh sebentuk gundukan segitiga indah 'pussy' Gina, yang menentang menyembul keatas, dengan bibir 'majora'nya yang tebal mencuat menggoda birahi dan nafsu jantan Dharma. Dibelainya halus dengan penuh perasaan, keatas dan kebawah, ditekan sedikit tepat pada belahannya bagian atasnya yang sejurus dengan klitorisnya, dengan telunjuk dan ibu jarinya, sambil digoyang-goyangkannya kekiri dan kekanan hingga Gina mengeliat dan berdesis lembut.
Melihat reaksi Gina dapat menikmati permainannya, menjadikan Dharma semakin bergairah untuk memuaskannya, diperosotkanlah CDnya yang segera disambut Gina dengan mengangkat 'abdomen'nya, untuk memudahkan Dharma melepas CDnya. Segera tangan kanan Dharma menelusup membelah belahan 'pussy' Gina, diselusupkannya jarinya untuk mendapatkan klitorisnya, segera dimainkannya klitoris itu, sambil terus lidahnya menjelajahi badan dijilatinya senti demi senti semuruh permuakaan badan Gina yang halus bagaikan sutra dari negeri China.
Erangan tak bisa ditahan lagi oleh Gina dengan sentuhan lidah dibadannya geli sekali rasanya, lidah Dharma menyapu semua bagian tubuhnya, bersamaan simpul sensitif klitorisnya dimainkan oleh Dharma dengan lincahnya, maka iapun meracau,
"Auu Dharma, bawa aku terbang bersamamu Dharma"
bersaman dengan itu, sampailah lidah Dharma pada 'pussy' Gina, dan digantikannya gerakan tangannya dengan lidah kasarnya, sedang tangan kanannya mengelus-elus pahanya degan lembut. Dijelajahinya seluruh permukaan dan lipatan "Pussy" Gina yang beraromakan birahi wanita; Ginapun menggelinjang dan mendesah, menggigil badannya tak tertahankan.
Ke bagian 6
No comments:
Post a Comment