WELCOME to pusatceritadewasaku.blogspot.com

Blog ini merupakan kumpulan Cerita Dewasa dimana dunia maya menyebutnya cerita dewasa, cerita seru, cerita lucah, cerita sex atau cerita porno. Blog ini akan terus kami update. Masukan dari pembaca kami ucapkan terima kasih

Tuesday, June 28, 2011

Kekasih dan Suamiku 04

Sambungan dari bagian 03

Aku masih tergolek di sofa dengan t-shirt tersingkap sampai di bawah dada. Anton mengelap ceceran maninya di perutku dengan tissu. Aku mengamati kerjanya. Penisnya yang masih mengacung berkilat ikut berguncang seirama gerakan tubuhnya. Selesai mengelap dia minta izin menggunakan kamar mandi di dalam, Aku izinkan, toh tak ada siapa-siapa.

Keluar dari kamar mandi anak ini masih telanjang bulat melangkah mendekatiku lalu menggeser pahaku dan duduk. Penisnya tak lagi mengacung. Aku masih tergeletak di posisi semula.
"Jangan gitu dong mBak .. saya jadi enggak enak.." katanya melihat Aku mematung.
Aku senyum. Nafsuku sedikit mereda.
"Nah .. gitu dong."
"Trus mBak harus gimana."
"Senyum gitu aja cukup," lalu matanya turun menatapi kewanitaanku. Refleks Aku menurunkan kaus menutupinya. Anton mencegah tanganku.
"Bentar mBak .. emm ..lebat," dielus-elusnya bulu-bulu kelaminku. Lalu mulai menyentuh clitorisku. Anak ini mau mulai lagi? Sanggupkah 'menuntaskan'ku? Tiba-tiba Aku punya ide.
"Ciumin Ton," perintahku. Anton nurut padahal Aku belum membasuhnya. Bulu-bulu itu diciuminya, bahkan sesekali menggigiti 'daging'nya. Tanpa Aku minta Anton telah mengerti kelanjutannya. Lidahnya mengulik clitorisku. Nafsuku mulai naik. Lalu pindah ke labia-ku. Aku makin gerah, bangkit duduk dan melepas t-shirt, pakaianku satu-satunya. Aksiku ini membuat Anton melepaskan kilikannya dan mendongak.
"Oohh .. bukan main ..!" serunya menatap ketelanjangan kedua bukit kembarku. Mulutnya langsung menyerbu dadaku.
"Gila kamu Ton," kataku mendorong kepalanya. Buah dadaku digigitnya, kalau sampai ada bekas gigitan 'kan gawat.
"Sorry mBak .. habis gemes sih.."
"Teruskan yang ini dulu Ton .." kataku menunjuk selangkanganku. Anton menurut, kembali dengan rakus mulutnya mengerjai vaginaku. Demikian intens-nya mulut Anton bekerja sampai Aku hampir sampai.
"Udah .. udah .."kataku terengah-engah. Anton bangkit, penisnya sudah tegang mengacung, ujungnya melengkung ke atas dan berkilat menarik perhatianku. Aku mendekat dan penisnya Aku elus-elus.

Tiba-tiba tubuhnya maju, penisnya diangsurkan ke mukaku.
"Mbak.. " katanya memandangku penuh arti.
"Kenapa?". Anton tak menjawab, hanya mendorong tubuhnya lagi makin dekat sehingga kepala penisnya beberapa senti di depan mulutku.
"Kulum .."
"Gila .. enggak mau!" tegasku. Dengan suamiku sendiri saja Aku tak pernah mengulum. Juga dengan Hendrik. Kenapa begitu sebab mereka berdua memang tak pernah minta dikulum, entah kenapa. Seandainya Mas Jimmy minta mungkin Aku akan mau. Tapi ini, bukan suami dan bukan pacar minta oral sex.
"Ayolah mbak.. sebentar aja."
Aku mulai bimbang. Tak ada salahnya mencoba, bukan? Apalagi milik Anton ini kelihatan 'cute'.
"Okay, jangan sampai keluar ya .."
Benda hangat keras-keras lunak memenuhi mulutku, terasa ganjil. Aku memang sudah gila. Mustinya milik Mas Jimmylah yang kukulumi begini, bukan milik anak kost ini. Baiklah, Aku berjanji nanti akan kulakukan pada Mas Jimmy, siapa tahu akan menambah gairahnya.
Bokong Anton bergerak maju mundur seperti layaknya pompaan penis pada vagina, hanya mulutku yang jadi vaginanya. Makin lama tusukannya makin dalam, sampai menyentuh kerongkonganku. Sampai suatu saat Aku hampir terbatuk, penisnya kulepaskan.
"Lagi mBak .."
"enggak!"
"Bentar lagi aja.."
"Tidak!" Kupegang penisnya dan kutuntun mendekati selangkanganku. Aku ingin Anton masuk sekarang. Di bawah sana sudah kurasakan denyutan-denyutan minta diisi.
Anton masuk.
Dan langsung membenam.
Seluruh panjang batangnya telah 'lenyap'.
Ini baru sedap.
Dan mulai mempompa.
Dan ini lebih sedap.

Gerakan tubuh kami makin liar. Aku heran, Anton sekarang berbeda dengan Anton sejam lalu. Yang tadi baru belasan gerakan tusuk-tarik dia telah sampai. Kini, entah udah berapa lama dia masih perkasa memompa. Dari gerakan tusukannya yang amat bervariasi, Aku jadi yakin Anton memang telah banyak pengalaman sex-intercourse. Hingga Aku 'berani' berharap kali ini Aku akan mampu mendapatkan orgasme.

Rasanya yang sedang menyetubuhiku sekarang ini adalah Mas Jimmy. Ya, bayangan Mas Jimmy muncul ketika Aku memejamkan mata menikmati tusukan Anton. Tapi bayangan Mas Jimmy beberapa tahun lalu, saat bulan-bulan pertama kami menikah. Saat Randi belum ada. Saat Mas Jimmy mampu menghadiahkanku multiple orgasme. Entah karena bayangan Mas Jimmy, atau keperkasaan pompaan Anton sekarang, atau karena milik Anton mampu mencapai kedalamanku yang 'untouchable', tubuhku mengejang dan lalu menggelepar. Rasanya Aku sedang melayang-layang di awan kenikmatan. Ya, Aku mendapatkan beberapa detik event yang kudamba-dambakan. Aku telah orgasme.

Anton menghentikan gerakannya, kelihatannya memberi kesempatan padaku untuk menikmati saat-saat puncak ini. Tapi begitu kejanganku melemah, dia mulai memompa lagi.
"Ooh.."teriakku.
Gila! Pompaannya makin cepat.
Makin cepat ..
Dan .. cepat pula dia mencabut.
Air maninya berhamburan di dadaku, bahkan menciprati daguku.

Apa yang telah kamu lakukan, Sally? Pelanggaran janji sendiri, pengkhianatan pada suami, dan sebuah dosa besar! Itu semua hanya demi kenikmatan orgasme yang cuma beberapa saat. Isteri macam apa Aku ini? Lihatlah apa yang kau korbankan untuk kenikmatan itu. Perang bathin berkelanjutan, kepura-puraan setiap hari, kebohongan demi kebohongan, dan tentu saja penumpukan dosa.
Kini, memandang mata Mas Jimmypun kau tak berani.
Sementara anak kost itu dengan amannya memuaskan nafsunya, kapanpun dia mau. Teganya kau membiarkan tubuh mulusmu menjadi alat pemuas nafsu.
Ah .. toh hanya tubuhku saja yang dinikmatinya, hati dan jiwaku tetap milik Mas Jimmy. Tidak bisa. Sekali kau mengikatkan diri dengan suatu pernikahan, jiwa dan ragamu telah dimiliki pasanganmu. Demikian pula sebaliknya.

Baiklah, hal ini tak boleh berlanjut. Aku telah membuat keputusan final. Aku harus menghentikan ini. Aku lelah berpura-pura terus, Aku capek mengarang kebohongan demi kebohongan, dan Aku letih merasakan perang di dalam dada.

Dua hari lalu Aku bahkan mendatangi kamar kost-nya untuk minta disetubuhi. Sungguh memalukan dan menjijikkan. Biarlah itu merupakan hubungan seks-ku yang terakhir dengan Anton. Kemarin Aku sengaja minta pengasuh anakku untuk tak keluar rumah seperti biasanya dan lalu Aku mengurung di dalam kamar. Aku dengar suara Anton menanyakan Aku dan pengasuh itu melaksanakan instruksiku dengan baik
"Ibu tak boleh diganggu," katanya.

Pagi ini Aku menunggu kedatangan Anton. Bukan untuk saling mengumbar nafsu, tapi "dalam rangka penyampaian keputusan penting" (uh, kaya bahasa kantoran saja) yang akan menjadi titik balik kehidupanku.

"Met pagi Mbak .. ah makin cantik aja". Aku memang tampil beda, pakaian 'sopan', blouse rapat menutup tubuh dipadu dan celana panjang.
"Kemana aja mBak?"
"Duduk Ton, Mbak mau bicara."
"Eh, ada apa nih?"
"Kita harus menghentikan semua ini, Ton."
"Mbak .."
"Mbak yakin kamu bisa mengerti, kita tak boleh lagi melakukannya." kupotong perkataannya, Aku tak ingin ada 'diskusi' panjang tentang hal ini.
"Ada apa Mbak sebenarnya?"
"Kamu udah tahu."
"Iya mbak, tahu, tapi kenapa tiba-tiba begitu?"
"Mbak tak ingin menambah dosa lagi."
Anton mendadak diam, matanya menatapku tajam, lalu menunduk, tak bersuara. Sungguh suasana yang amat tak enak, di luar dugaanku. Kukira Anton akan protes keras.
Akupun jadi diam juga.
"Ketahuilah mBak.." akhirnya dia buka suara setelah beberapa menit hening.
"Saya bukan sekedar memuaskan nafsu saya saja."
Aku tak komentar. Dia diam lagi.
"Saya ..sayang .. sama mBak."
Ah, kalimat seorang playboy yang akan kehilangan mangsa. Aku tetap diam.
"Okay mBak, kalau itu kehendak Mbak, saya nurut," dia bangkit lalu ngeloyor pergi. Aku tak bisa menduga apa yang berkecamuk di dalam hatinya. Roman mukanya aneh, susah dibaca. Tapi Aku kini lega ..!

Aku lebih tenang sekarang. Tak perlu berpura-pura lagi, tak perlu mengarang kebohongan. Aku berusaha menjadi isteri setia. Aku menerima saja apa yang diberikan Mas Jimmy. Aku melayaninya dengan ikhlas, walaupun tak pernah mencapai puncak. Toh seks bukan satu-satunya kenikmatan dalan perkawinan. Masih banyak kenikmatan yang lain apabila kita ikhlas menjalankannya. Tampaknya kehidupan kami kembali normal lagi.
Bagaimana dengan Anton?
Tiga minggu setelah aku memutuskan hubungan itu, Anton pindah kost. Yang agak menggangguku adalah dia tak pamitan kepadaku. hanya menitipkan secarik surat tertutup yang isinya singkat:
"Mbak, saya pergi. Saya tetap sayang sama Mbak dan berharap suatu saat kita bisa bersama lagi -- Anton." Yah .. mungkin dia marah, tak lagi bisa mengumbar nafsu seksualnya. Tak masalah benar bagiku.

Bergegas Aku mengarahkan mobilku menuju rumah. Aku baru saja berbelanja kebutuhan sehari-hari di supermarket terdekat. Sabtu sore itu Aku seperti biasa harus mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan Mas Jimmy. Minggu lalu Aku mencoba mengoral Mas Jimmy dan tampaknya dia menikmatinya. Kali ini Aku akan melakukannya lagi. Aku terburu-buru pulang karena Aku masih butuh waktu lagi untuk mandi dan lain-lainnya.

Begitu masuk rumah Aku langsung ke kamar bersiap-siap mandi. Randi dan pengasuhnya tadi tak kelihatan. Mungkin masih di luar, pikirku. Sepucuk sampul yang diletakkan di meja rias menarik perhatianku. "Sally." hanya itu yang tertulis di sampul itu. Tulisan Mas Jimmy. Tiba-tiba dadaku berdebar keras. Tak biasanya Mas Jimmy menulis surat seperti ini. Kalaupun ingin menyampaikan pesan biasanya dia nelepon dari kantor, atau pesan ke orang rumah bila Aku sedang keluar. Tergesa-gesa Aku membukanya:

"Sally sayang,
Singkat saja, Abang pergi dengan membawa Randi untuk waktu yang tak tertentu. Abang telah tahu semuanya. Abang begitu kaget, sedih, dan marah"
Mendadak Aku berkeringat dingin, deras mengucur. Jantung tambah berdegup kencang.
"Abang berusaha keras menahan diri, tapi akhirnya tak kuat lagi. Setelah Abang mengasingkan Hendrik ke Kaltim, Abang pikir Sally menjadi sadar, tapi ternyata tidak. Kalau tak mengingat dia itu bekas kekasihmu, entah jadi apa dia".
" Kamu memang keterlaluan, hampir saja Abang membunuh anak kost yang tak tahu diuntung itu. Untunglah Abang ingat Randi dan tahu benar tak enaknya hidup di penjara".
"Selamat tinggal, jangan khawatir, Randi baik-baik saja -- Abang "
Pandanganku mendadak gelap, lalu Aku tak ingat apa-apa lagi ..

TAMAT

No comments:

Post a Comment